Modal Ventura – Alternatif Permodalan Perusahaan Daerah

Modal Ventura - Alternatif Permodalan Perusahaan Daerah

Secara umum, perkembangan suatu usaha akan mengikuti siklus start-up (emerging), growth, mature dan decline, dimana secara hipotetik, setiap tahap memiliki karakteristik usaha yang berbeda, baik dari aspek kebutuhan pembiayaan, potensi keuntungan/pertumbuhan maupun resiko. Sehubungan dengan itu, maka kebutuhan pembiayaannya biasanya dipenuhi dari sumber yang berbeda, dari yang informal sampai formal. Sesuai dengan tingkat perkembangan (dan resiko) pelaku usaha sebagai target pembiayaan, institusi keuangan sebagai pelaku pembiayaan formal dapat dikelompokkan menjadi tiga: modal ventura, perbankan (termasuk multi finance), dan pasar modal.

I. Siklus Usaha dan Lembaga Pembiayaan yang Menyertainya

Pada tahap awal sekali, suatu usaha dirintis oleh wirausaha berdasarkan inovasi teknologi atau hasil penelitiannya, ide, dan konsep usaha, menggunakan tenaga dan modal sendiri, atau modal perorangan yang dekat secara social, atau untuk penelitian mungkin melibatkan Research Fund, atau mungkin juga pihak yang sering disebut angel. Pada tahap ini ketidak pastian (resiko) usaha masih begitu besar, sehingga sulit untuk mendapatkan komitmen pendanaan dari institusi finansial komersial.

Penurunan resiko usaha terjadi setelah “business model” tervalidasi dengan konsep ujian bertingkat (uji: lab, lapangan, produksi massal, pasar, dst.) dimana semakin jauh ujian yang dilalui, resiko teknologi, operasi dan atau komersial terus menurun. Pada suatu tingkat resiko yang acceptable, modal ventura dapat mengambil peran pembiayaan dan pengembangan perusahaan. Setelah perusahaan modal ventura masuk mengembangkan business model tersebut menjadi suatu bisnis yang resiko-nya acceptable bagi inancia perbankan, maka tahap perkembangan berikutnya melibatkan perbankan sebagai sumber pendanaan lanjutan, mendampingi atau menggantikan peran modal ventura bersangkutan. Jalan lain adalah, langsung menuju bursa efek melalui mekanisme bond issuance atau IPO (Initial Public Offering), untuk mendapatkan dana inanc sebagai sumber pendanaan lanjutannya.

Mengingat karakteristik perkembangan resiko dari target usaha yang dibiayai, maka parameter kelayakan pembiayaan di-aksentuasi/implementasikan oleh ketiga kelompok institusi inancial tersebut dengan pembobotan yang berbeda, walaupun tidak terlepas dari optimasi risk vs. return untuk prospek ke depan. Bursa efek/pasar modal, di ekstrim terakhir dari perkembangan perusahaan lebih menitik beratkan pada standar pengelolaan, ukuran perusahaan dan track record.

Perbankan di bagian tengah perkembangan perusahaan, memproyeksikan prospek perusahaan berdasarkan track record-nya, tetapi untuk menjaga resiko juga menggunakan mekanisme agunan, selain mempertimbangkan kondisi lingkungan makro. Hal ini sesuai dengan prinsip kredit yang disebut dengan “5C + 1 C”, yakni: Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition, + Constrain. Modal ventura di sisi lain, berusaha mengimbangi potensi risk yang tinggi dengan potensi return yang tinggi pula, sehingga peduli pada potensi peningkatan nilai perusahaan, menitikberatkan pada industri yang potensi pertumbuhannya tinggi (growing stage), yang semestinya berawal dari inovasi produk / proses / teknologi yang valuable, dengan due-dilligent yang terperinci, baik technology assessment maupun business assessment dengan beberapa parameter antara lain: usabilityprotectability, aspek pasar dan pemasaran, aspek operasi dan manajemen, aspek keuangan dan permodalan.

II. Karakteristik Umum Modal Ventura

Modal Ventura (Venture Capital), dengan sasaran investasinya perusahaan yang sedang dalam tahap growth yang resikonya relatif tinggi-sehingga disebut juga risk capital, berusaha mengimbangi tingginya resiko ini dengan harapan return yang tinggi pula (high risk-high gain). Namun, tentunya return yang tinggi tersebut jangan sampai membebani investee-nya dari sisi keuangan, apalagi mengingat perusahaan dalam tahap growth biasanya membutuhkan pembiayaan yang besar untuk pertumbuhannya. Dengan demikian, usaha modal ventura beroperasi dengan beberapa karakteristik sebagai berikut:

Equity atau quasi – equity instrument. Pada dasarnya, pembiayaan yang diberikan oleh perusahaan modal ventura kepada “perusahaan pasangan usaha” (investee) diberikan tidak melalui skema kredit, melainkan melalui penyertaan modal (perusahaan modal ventura ikut memiliki saham, yang setelah waktu tertentu akan dijual kembali). Dengan demikian, dari sisi investee, tidak akan terbebani dengan kewajiban membayar bunga yang fix-tanpa mempertimbangkan naik-turunnya kinerja keuangan perusahaan. Pembayaran yang dilakukan oleh investee tergantung pada keuntungan yang dibukukan, berupa deviden. Dari sisi perusahaan modal ventura, penghasilan yang terutama diharapkan bukanlah dari deviden, melainkan dari capital gain, yakni selisih nilai saham ketika saham dijual dibanding dengan nilai saham ketika dahulu masuk (saat awal memberikan pembiayaan kepada investee). Pada perkembangan lain, instrumen yang dipakai merupakan hybrid, berupa convertible bond, yakni surat hutang yang dapat dikonversi menjadi saham. Untuk kondisi Indonesia, berkembang pula mekanisme bagi hasil (revenue or profit sharing).

Active investment. Mengingat sumber utama pendapatan perusahaan modal ventura berasal dari peningkatan nilai perusahaan, maka modal ventura akan bersikap aktif, ikut mengusahakan terjadinya peningkatan nilai perusahaan, baik melalui monitoring, bantuan manajemen, teknis, hingga upaya-upaya value creation yang dapat dilakukan. Dengan demikian, hubungan yang terjadi dengan investee lebih bersifat partnership.

Longterm perspective. Investasi perusahaan modal ventura berorientasi jangka panjang, karena untuk meningkatkan nilai perusahaan biasanya membutuhkan waktu yang relatif lama. Dengan demikian, berarti pula perusahaan modal ventura ikut peduli pada kelangsungan hidup perusahaan investee-nya, tidak hanya mengutamakan keuntungan jangka pendek. Aturan di Indonesia, penyertaan modal ventura dapat berlangsung hingga maksimal sepuluh tahun.

Secara lebih rinci, segmen operasi modal ventura dapat pula dibedakan dengan salah satu cara pembedaan sebagai berikut:

Seed Financing, dimana pembiayaan digunakan untuk melakukan kegiatan penelitian dan riset untuk mengukur technology & commercial viability suatu ide atau konsep yang nantinya akan menjadi suatu proyek atau obyek pembiayaan.

Start-up Financing, dimana pembiayaan digunakan untuk melakukan program pemasaran selain pemantapan organisasi dan prototype produk komersial.

First Round Financing, pembiayaan digunakan untuk operasi komersial perusahaan secara penuh pada skala operasi pertamanya.

Later-Round Financing (Expansion), pembiayaan digunakan untuk meningkatkan turn-over atau skala operasi usahanya, baik ekspansi ataupun diversivikasi usaha.

Bridge Financing (Mezanine), pembiayaan untuk memperbaiki struktur permodalan perusahaan atau langkah-langkah lain sehingga perushaan tersebut lebih layak untuk melaksanakan Initial Public Offering (IPO).

Turnaround Financing, pembiayaan untuk memperbaiki kondisi perusahaan yang sedang mengalami kemunduran usaha.

Acquisition Financing, untuk membiayai pengambilalihan kepemilikan perusahaan, baik oleh investor baru dalam bentuk leverage buy out (LBO), atau oleh manajemen perusahaan, management buy out (MBO).

Untuk kondisi Indonesia, usaha modal ventura secara umum masih dalam tahap pertumbuhan, sehingga relatif belum terspesialisasi sesuai dengan kategorisasi seperti tersebut diatas. Namun, sepengetahuan penulis, kebanyakan perusahaan modal ventura yang beroperasi lebih menitikberatkan portfolionya pada perusahaan yang sedang dalam tahap ekspansi, dengan tetap memungkinkan pembiayaan untuk tahap start-up.

III. Kriteria Investasi Modal Ventura

Setiap perusahaan modal ventura menetapkan kriteria investasi yang berbeda-beda sesuai dengan visi, misi, strategi dan target market usahanya. Secara umum, beberapa keywords layak diingat, misalnya: survivabilityuniquenessadded valuequickes exit (kelangsungan hidup investee, keunikan-produk misalnya, nilai tambah yang dihasilkan perusahaan yang berarti potensi peningkatan nilai perusahaan, dan terakhir, kecepatan modal ventura dapat melakukan divestasi investee tersebut).

Satu persyaratan universal adalah usaha tersebut harus berbadan hukum. Dibawah ini salah satu kriteria umum yang dipakai perusahaan modal ventura untuk menilai suatu inovasi teknologi/bisnis.

Usability (“Genetically” Strong Deliverable). Berapa banyak deliverable (produk/ layanan) yang dapat dihasilkan/ diturunkan dari inovasi tersebut? Berapa banyak kelompok pengguna yang mungkin dari deliverable tersebut? Berapa banyak nilai tambah/manfaat yang diperoleh pengguna? Bagaimana unik (irreplaceabledeliverable tersebut bagi penggunanya? Apa resiko dari penggunaan karya intelektual/ deliverable tersebut?

Protectability. Apakah gampang ditiru/diduplikasi? Kemungkinan pembajakan? Bagaimana mekanisme perlindungan IPR, franchise/lisensinya? Bagaimana kemungkinan kompetisi teknologi terutama dari “penguasa pasar”? Bagaimana menyiasati kemungkinan kompetisi langsung?

Aspek Pasar dan Pemasaran. Bagaimana potensi akseptasi/ resistansi pengguna terhadap deliverable tersebut? Alternatif/ substitusi/ pesaing apa saja yang sudah ada di pasaran? Target pasar apa yang dituju oleh karya intelektual tersebut? Apakah pasar cukup besar untuk dapat menghasilkan aliran keuangan seperti yang disyaratkan? Bagaimana prospek penerimaan sistem lisensi dan pricing-nya? Bagaimana strategi dan taktik penetrasi pasarnya?

Aspek Operasi & Manajemen. Apakah business process untuk menghasilkan deliverable tersebut cukup sederhana/ manageable? Apa yang dapat diandalkan (daya saing) dalam proses produksi seandainya karya intelektual berpotensi yang telah dilindungi tersebut diaplikasikan? Apakah proses produksi dan sistem produksi tersebut berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut di kemudian hari? Apakah tersedia entrepreneur/ tim manajemen yang relevan reputasinya?

Aspek Keuangan dan Mekanisme Permodalan. Apakah jumlah modal yang dibutuhkan untuk mencapai kepeloporan di pasar, acceptable? Apakah memberikan marjin keuntungan yang acceptable? Sumber dan struktur permodalan apa saja yang sesuai? Apakah sesuai dengan selera investor bursa? Demikian uraian singkat mengenai VentureCap, semoga dapat menambah wawasan dalam hal bisnis pembiayaan di indonesia.

admin

Leave a Reply