Muhammad Iqbal: Mewujudkan Kebermanfaatan bagi Sesama

Lingkungan strategis Indonesia ditengah pengaruh perubahan geopolitik dunia semakin kompleks, sehubungan dengan adanya tuntutan terwujudnya tujuan dan cita-cita bangsa sejalan dengan kesadaran pertumbuhan demokrasi masyarakat. Lingkungan strategis tersebut mencakup aksi reaksi  dari lingkungan global, regional dan nasional  itu  bukanlah perkara yang mudah bagi kepemimpinan nasional periode 2014 – 2019 dalam menjawab kompleksitas tantangan yang akan diberikan, dalam cakupan lingkungan strategis, tanpa mengabaikan tujuan bangsa Indonesia, yang secara geografi memang sudah “dianugrahi” berada dalam posisi silang dan titik pertemuan perdagangan dunia, tentunya akan cepat menerima dampak dari perubahan dunia itu sendiri.

Secara global, perkembangan yang perlu mendapatkan perhatian utamanya adalah ketidakpastian ekonomi dunia. Sementara perkembangan secara regional, kebangkitan ekonomi China, membawa dampak bagi dalam negeri Indonesia, pada bagian lain perubahan nasional terkini yang harus dihadapi adalah pergantian kepemimpinan nasional yang nyata-nyata membawa tuntutan nilai-nilai baru NKRI pada komponen strategis IPOLEKSOSBUDHANKAMIPTEK yang tidak dilakukan oleh pemerintah sebelumnya. Rentetan perubahan lingkungan strategis inilah yang perlu kiranya dijadikan perhatian khusus dalam membuat skenario strategis, untuk mengeliminir segala bentuk ancaman atau Threat yang akan dihadapi kedepan yang dapat mengancam kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang kita cintai ini. Ancaman itu sendiri dapat berasal dari luar maupun dalam negeri atau dapat berasal dari aktor negara dan aktor non-negara.

Dalam upaya mengeliminir segala bentuk ancaman tersebut, maka salah satu hal fundamental yang perlu dikaji ulang adalah doktrin politik luar negeri Indonesia yang menyatakan “ribuan teman tanpa musuh” (thousands friends zero enemy) atau “keseimbangan dinamis” (dynamic equilibrium). Doktrin ini tentunya sangat lemah dalam kegiatan diplomasi dengan negara-negara lain, sementara sejauh ini Indonesia masih kurang “menunjukkan taring” daya saing pada diplomasi hubungan Internasional, utamanya dalam memperjuangkan kepentingan nasional. Disamping itu, di dalam negeri pun kita dihadapi dengan beberapa ancaman pada komponen strategis seperti permasalahan Idiologi, Politik, Ekonomi, Sosial Budaya, Pertahanan Keamanan, IPTEK, dan Demografi.

Tirta Amarta yang terdiri dari berbagai kalangan dengan latar belakang berbeda dan multi sektor, sadar bahwa untuk kepentingan bangsa dan negera ke depan, permasalahan bangsa tidak akan bisa selesai dengan baik  apabila  masih memajukan ego sektoral. Ini adalah masalah utama yang terjadi, dimana banyak pemimpin bangsa lupa dengan hal ini, atau lemah secara managerial, yang kemudian menghambat kemajuan bangsa. Tirta Amarta bertekad, apapun yang dilakukan, baik secara individual maupun dalam lingkup Tirta Amarta sendiri, untuk selalu melakukan yang terbaik, untuk tidak terlepas dari cita-cita kemajuan bangsa, dimulai dari hal-hal yang kecil sekalipun (complexity theory), untuk selalu mengedepankan kepentingan bangsa dan negara, untuk pembangunan karakter dan integritas bangsa, dari apapun sumber daya yang dimilikinya saat ini.

admin

Leave a Reply