Yayasan Tirta Amarta Paripurna telah minta saya menulis komentar untuk Buku Putih yang akan mereka terbitkan. Buku yang berisi kajian tentang berbagai masalah yang dihadapi bangsa Indonesia dewasa ini. Dan masa depan akan memperkaya Kepustakaan Indonesia. Buku Putih itu menyajikan berbagai pemikiran yang dapat menjadi bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan oleh para pimpinan Pemerintah Pusat dan Daerah. Bagi masyarakat buku itu akan bermanfaat sebagai sumber pengetahuan untuk menghadapi kehidupan sehari-hari.Apalagi kalau kajian yang dilakukan buku itu sungguh mempunyai nilai tinggi bagi Negara dan Bangsa. Meskipun Yayasan Tirta Amarta Paripurna telah selesai menyusun buku itu, penulis ingin menyampaikan satu saran yang mudah-mudahan dapat dilaksanakan dalam kegiatan pengkajian yang dilakukan Yayasan.
Akan makin bermanfaat kalau saran itu dipenuhi dengan memasukkan hasil kajiannya dalam buku yang akan diterbitkan ini. Saran penulis menyangkut masalah yang menjadi inti kebijakan pemerintah RI sekarang yang dipimpin Presiden RI Ir Djoko Widodo dan Wakil Presiden Drs Jusuf Kalla. Itu adalah kebijakan membangun Indonesia sebagai Poros Maritim dan Revolusi Mental. Sebab pernyataan oleh Pemerintah tentang dua masalah yang amat penting itu kurang sekali didukung dengan penjelasan mendalam tentang subyek masing-masing. Apa yang dimaksud secara mendasar dengan pengertian Pembangunan Poros Maritim dan bagaimana hubungannya dengan Wawasan Nusantara, satu konsep geopolitik dan geostrategi yang sejak tahun 1975 dipunyai NKRI setelah konsep itu diterima Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dalam usaha membangun Ketahanan Nasional Republik Indonesia.
Dalam Wawasan Nusantara ditegaskan bahwa NKRI terdiri atas bagian kelautan, daratan dan udara/angkasa yang harmonis. Wilayah nasional yang bersifat lautan luas sekali, baik sebagai wilayah nasional maupun sebagai Zone Ekonomi Eksklusif, merupakan unsur pemersatu bagi wilayah nasional yang bersifat daratan, berupa pulau-pulau besar dan kecil yang memanjang di khatulistiwa. Kesatuan Lautan dan Daratan yang luas itu menjadikan kata TANAH AIR satu kenyataan yang bagaikan satu Benua Maritim. Dan di atas wilayah lautan dan daratan yang bagaikan Benua Maritim itu terbentang udara dan angkasa yang dalam Abad ke 21 makin memperkuat kesatuan Tanah Air Indonesia. Sebagai akibat dari letak geografis Indonesia, maka Tanah Air Indonesia merupakan satu posisi silang yang amat penting dalam makna geopolitik, geoekonomi dan geostrategi. Nilai tinggi Tanah Air Indonesia masih ditambah oleh besar dan banyaknya sumberdaya alam yang dikandungnya dengan kualitas cukup tinggi dan jumlah sumberdaya manusia yang besar serta mempunyai potensi yang dapat dikembangkan sebagai kekuatan yang nyata. Kelemahan bangsa Indonesia adalah bahwa konsep yang dikandung dalam Wawasan Nusantara tidak memperoleh implementai dan perwujudan yang seharusnya sehingga kini segala potensi yang dikandung Tanah Air belum menjadikan bangsa Indonesia sejahtera serta kuat lahir dan batin. Bahkan potensi itu cenderung lebih dimanfaatkan bangsa-bangsa lain yang menjadi kaya karenanya.
Nah, bagaimana relasi atau hubungan konsep Poros Maritim dengan Wawasan Nusantara yang digambarkan secara singkat itu. Yang tak kalah pentingnya adalah hubungan dan tempat konsep Revolusi Mental dengan Pancasila yang sejak tahun 1945 diterima sebagai dasar negara dan satu pandangan hidup atau Welt Anschauung seperti dikatakan Presiden Soekarno sebagai penggali Pancasila dari akar kehidupan bangsa Indonesia. Sebab belum pernah Presiden Jokowi sebagai pencetus konsep Revolusi Mental memberikan penjelasan tentang hal itu, bahkan tak pernah menyebut istilah Pancasila. Padahal Pancasila masih menjadi Dasar Negara RI sekalipun oleh banyak kalangan dilecehkan sejak terjadinya Reformasi pada tahun 1998. Dan jelas sekali bahwa Pancasila juga mengandung aspek mental, di samping aspek spiritual dan intelektual. Sebagai Presiden RI Ir. Djoko Widodo mempunyai kewajiban untuk membela Dasar Negara RI yang masih tetap Pancasila. Karena itu bagaimana hendak mewujudkan Revolusi Mental dalam masyarakat yang secara resmi mempunyai dasar Pancasila.
Yayasan Tirta Amarta Paripurna akan amat berjasa kepada bangsa Indonesia kalau dapat menyampaikan kajian tentang dua masalah ini. Itu sekurangnya akan menjadi awal dari pendalaman untuk dua konsep resmi pemerintah sekarang. Demikianlah komentar singkat untuk Buku Putih Yayasan Tirta Amarta, semoga ada manfaatnya bagi yayasan. Dan diharapkan respons positif terhadap komentar ini.