Diskusi ini dilaksanakan pada Rabu, 30 April dan 21 Mei 2014, dihadiri oleh Muhammad Iqbal, Dr. Makarim Wibisono, (alm.) Tubagus Danakusumah, Marsdya TNI (Purn) Ian Santoso Perdanakusuma, Mayjen TNI (Purn) Eddy Firmanto dan insan Tirta Amarta Paripurna lainnya, membahas persoalan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.
Deklarasi Bangkok tahun 1967 merupakan awal dimulainya kerjasama ekonomi negara-negara Association of South East Asian Nation (ASEAN) yang bertujuan untuk mempercepatpertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan budaya di kalangan negara-negara ASEAN. Dalam perkembangannya, pelaksanaan kerjasama ekonomi ASEAN berjalan relatif lebih cepat dibandingkan dengan kerjasama di bidang politik, keamanan, dan sosial budaya, sehingga mempercepat pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community).
Integrasi ekonomi merupakan langkah penting bagi pencapaian ASEAN Economic Community (AEC) yang berdaya saing dan berperan aktif dalam ekonomi global, sedangkan momentum menuju terwujudnya AEC 2015 tentunya tidak terlepas dari peranan ASEAN sebagai organisasi regional sebagai “kendaraan” untuk mencapai tujuan tersebut.
Kita harus lebih cermat lagi melihat apakah Indonesia siap untuk turut serta dalam AEC 2015 ini, dan mengajak untuk mencermati kondisi Indonesia sekarang dengan banyaknya keadaan Indonesia yang tidak mendukung untuk terlaksananya AEC sendiri. Perlu membuka mata pemerintah dan praktisi ekonomi di Indonesia, akan keadaan tersebut di atas. Utamanya dengan melakukan pembinaan secara berkelanjutan atas masyarakat dan organisasi profesi terkait dengan capacity building dan SDM guna memiliki daya saing. Dibutuhkan negosiator yang kuat dalam pemerintahan, dimana Indonesia sudah seharusnya menjadi leading dalam penentuan poin-poin mana saja dari AEC 2015 yang sudah bisa dijalankan, maupun dibuatkan tahapannya, demi kepentingan Indonesia.